Indramayu PostPing Net

Sabtu, 29 Januari 2011

Kepulangan TKI Indramayu Dari Tunisia Disambut Isak Tangis



Justify FullIndramayu - Kedatangan Tenaga Kerja Indonesia (TKI) asal Kabupaten Indramayu yang sempat terjebak dalam konflik di Tunisia disambut isak tangis keluarga. Keberangkatan mereka ke Tunisia tidak melalui jalur keberangkatan resmi.

Berdasarkan informasi yang berhasil dihimpun para TKI tersebut tiba di kantor Dinas Sosial Tenaga Kerja dan Transmigrasi (Dinsosnakertrans) kabupaten Indramayu pada Jumat (28/1) sekitar pukul 01.30 WIB. Kedatangan mereka disambut tangis bahagia masing-masing keluarga yang telah lama menunggu kedatangan mereka.

Seorang TKI asal Kecamatan Kertasmaya, Juju Juhariah,33, menjelaskan jika ia bekerja di istana kepresidenan saat konflik melanda Tunisia.

"Waktu konflik, benar-benar mengerikan. Istana sempat diserang dan dijarah oleh warga," kata Juju. Ia bisa selamat karena dijemput dan diselamatkan petugas KBRI di Tunisia.

Hal yang sama pun diungkapkan TKI asal Desa Tenajar Kidul, Kecamatan Kertasmaya, Wajem,35. "Saya bekerja di rumah Samira Maherji, adik presiden Tunisia," katanya.

Saat konflik terjadi, majikannya justru kabur tanpa membawa serta dirinya. Padahal rumah majikannya saat itu dijadikan sasaran

pembakaran oleh massa.

"Beruntung saya berhasil kabur lalu ditampung di KBRI," katanya.

Baik Juju maupun Wajem mengaku mereka berangkat ke Tunisia tidak melalui prosedur resmi. ?Kami berangkat melalui calo biro perjalanan, jadi dinyatakan illegal oleh pemerintah," kata Wajem.

Ada pun TKI asal Kabupaten Indramayu yang bekerja di Tunisia terdiri dari 23 wanita dan dua pria. Mereka dipekerjakan sebagai pembantu rumah tangga di istana Presiden Zine el Abidine Ben Ali dan keluarganya. Namun mereka hanya memperoleh gaji Rp 2,4 juta setiap bulannya tanpa jaminan kesehatan.

Kepala Dinsosnakertrans Kabupaten Indramayu, Kamud, sendiri berharap agar peristiwa ini bisa menjadi pelajaran bagi calon TKI saat akan berangkat ke luar negeri.

"Calon TKI diharapkan tidak terjebak buju rayu calo yang tidak jelas," katanya.Kamud meminta agar calon TKI memakai prosedur resmi

saat akan bekerja diluar negeri sehingga hak-haknya bisa dilindungi secara resmi. (sumber)

25 TKI Asal Indramayu Dipulangkan dari Tunisia



Indramayu - Konflik yang terjadi di Tunisia membuat para tenaga kerja Indonesia (TKI) asal Kabupaten Indramayu, terlantar. Beruntung, mereka berhasil diselamatkan hingga akhirnya dipulangkan ke Tanah Air.

Setelah sampai di Tanah Air, mereka kemudian diserahterimakan dari Wakil Menlu RI, Triyono Wibowo, kepada Kepala Dinas Sosial Tenaga Kerja dan Transmigrasi (Dinsosnakertrans) Kabupaten Indramayu, Kamud, Kamis (27/1) sekitar pukul 19.00 WIB. Para TKI itupun langsung dibawa ke Indramayu dan tiba di kantor Dinsosnakertrans Kabupaten Indramayu pada Jumat (28/1) sekitar pukul 01.30 WIB.

Kedatangan para TKI itu disambut penuh haru oleh sanak keluarga masing-masing yang telah lama menunggu. Mereka pun mengaku sangat bersyukur bisa pulang dengan selamat. Apalagi, seluruh TKI itu selama ini bekerja sebagai pembantu rumah tangga di istana kepresidenan maupun rumah kerabat presiden yang menjadi sasaran amuk massa di Tunisia. (sumber)

Kisah TKI Indramayu di Rumah Ipar Presiden Tunisia



Indramayu - Situasi di Tunisia dalam beberapa pekan terakhir membuat para tenaga kerja asal Indonesia (TKI) kena getahnya. Mereka yang bekerja di rumah keluarga maupun kerabat Presiden Tunisia, Zine El Abidine Ben Ali, mengaku sempat terperangkap di rumah majikannya karena situasi memanas di luar.

Tenaga Kerja Wanita asal Indramayu, Widaningsih, 24, mengatakan bahwa rumah majikannya, yang merupakan kakak ipar Ben Ali bernama Jalila Trabelsi, dikepung oleh ratusan orang pendemo. Widaningsih bersembunyi di loteng dan mengaku sangat ketakutan karena massa yang marah mulai memasuki rumah.

“Saat itu, rumah majikan saya sudah hancur dan barang-barang sudah ludes dijarah. Saya sangat ketakutan,” ujar Widaningsih saat bersaksi di Kementrian Luar Negeri Indonesia di Jakarta. Bersama 31 orang lainnya, Widianingsih berhasil dievakuasi dari Tunisia.

Widaningsih mengatakan bahwa saat itu majikannya sudah kabur entah kemana, meninggalkan dia bersama para tenaga kerja lainnya yang berasal dari berbagai negara. Dia mengaku tidak tahu menahu apa yang dilakukan oleh majikannya sehingga rumahnya dihancurkan sedemikian rupa.

“Lalu orang-orang naik ke atas, saya sangat ketakutan, takut diapa-apakan,” lanjut perempuan asal Kota Indramayu itu.

Beruntung, beberapa mahasiswa menolong Widaningsih dan menenangkannya. “Mereka mengatakan untuk tidak takut, karena saya tidak ada hubungannya dengan hal ini,” ujar Widaningsih. Kemudian dia menelepon Kedutaan Besar Republik Indonesia di Tunis untuk minta dijemput.

Situasi yang sama dialami oleh Sriyati, 31, yang bekerja di rumah keluarga menantu Ben Ali, Mohamed Sakhr El-Matri, yang . Mereka sempat terperangkap selama beberapa hari di lingkungan istana kepresidenan dengan penjagaan ketat militer.

“Kami tidak bisa keluar, militer berjaga di semua tempat, sampai ke atap-atap,” ujar Sriyati.

Militer tidak memperbolehkan semua orang keluar dari rumah tersebut dengan alasan keamanan. Sriyati kemudian menelepon pihak KBRI di Tunis untuk menjemputnya ke istana. Namun, ujarnya, militer bertindak sangat agresif dan mengusir staf KBRI yang datang untuk menjemput mereka.

“Bahkan militer menembak ban mobil staf KBRI,” kata Sriyati.

Setelah beberapa lama, barulah dia diperbolehkan untuk keluar oleh militer dan ditampung di KBRI, lalu dipulangkan ke tanah air.

Ketiga orang ini, seperti semua WNI yang dipulangkan ke tanah air, adalah para pekerja ilegal yang tidak memiliki surat izin kerja dan izin tinggal, serta tanpa dilindungi kontrak kerja yang jelas. Dipekerjakannya mereka di lingkungan kepresidenan dikarenakan calo atau sponsor yang menyalurkannya mempunyai hubungan dengan keluarga presiden.

“Kami diberi kemudahan karena akan bekerja pada keluarga presiden,” ujar Widaningsih yang mengaku dibawa dari Dubai menuju Tunisia oleh seorang calo yang dekat dengan keluarga Presiden. "Kapok, saya tidak akan kembali kerja di luar negeri," ujar Widaningsih. (sumber)

 
Free Host | lasik surgery new york